Selasa, 08 Mei 2012

Cheick Tioté


Cheick Ismaël Tioté atau biasa dipanggil Cheick Tioté adalah pesepak bola berkebangsaan Pantai Gading. Saat ini dia bermain untuk klub liga premier Inggis yaitu Newcastle United Football Club (NewcastleUnited FC). Dia juga dipanggil masuk skuad tim nasional Pantai Gading.

Cheick Tioté terlahir di Yamoussoukro pada tanggal 21 Juni 1986. dia memulai karir sepak bola bersama klub lokal FC Bibo. Pada tahun 2005 dia di pantau oleh pemandu bakat klub sepak bola Belgia RSC Anderlecht dan di rekrut di tahun yang sama. Di musim kompetisi 2007/2008, dia dipinjamkan ke klub Belanda Roda JC.  Pada Oktober 2008,  Tioté dikontrak klub Belanda  FC Twente. Di klub tersebut kemampuannya semakin berkembang sehingga mengantarkan FC Twente menjuarai liga Belanda musim 2009/2010 dan tampil pada kejuaraan eropa.

Pada musim kompetisi liga Inggris 2010/2011, Newcastle United FC tertarik untuk memboyongnya ke markas mereka St. James Park. Pada 26 August 2010, Tioté bergabung dengan Newcastle dengan biaya transfer 3.5 juta poundsterling. Debutnya terjadi saat Newcastle bertandang ke Everton pada tanggal 18 September 2010. Penampilannya yang paling diingat adalah saat melawan Arsenal. Tendangan Volley  Tioté dari jarak sekitar 25 meter mengubah skor akhir pertandingan menjadi imbang 4-4 setelah di babak pertama tertinggal 0-4.

Pada 25 Februari 2011 Newcastle United mengumumkan memperpanjang kontrak Tioté selama 6,5 tahun sehingga membuatnya tetap di St. James Park sampai tahun 2017. semenjak tiba di Newcastle tahun 2010, Tioté disebut-sebut sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik di liga inggris. Duetnya bersama Yohan Cabaye menjadi penyeimbang sekaligus menjadi tembok pertahanan di lini tengah klub berjuluk The Magpies itu. 



#howaythetoon

Ayrton Senna


Pada tanggal 1 mei lalu adalah tepat 18 tahun meninggalnya legenda Formula 1, Ayrton Senna da Silva atau yang lebih dikenal dengan nama Ayrton senna. Ayrton Senna adalah pebalap F1 berkebangsaan Brazil yang lahir pada tanggal 21 maret 1960. Senna memulai karir balap profesionalnya pada usia 13 tahun melalui balap karting di negaranya. Setelah beberapa tahun berikutnya sukses dalam kejuaraan formula di inggris, Senna mendapat kesempatan untuk bergabung dengan tim Formula 1. Tahun 1984 dia mendapat test di tim Toleman Hart dan berhasil menjadi pembalap tim tersebut.

Debutnya pada musim balap F1 1984 cukup bersinar terutama pada Grand Prix Monaco dimana dia berhasil menjadi runner up. Posisi kedua di GP Monaco tersebut cukup istimewa karena Senna start dari posisi ke 13 dan berhasil melewati pebalap-pebalap lainnya dengan mobil yang kurang kompetitif dalam kondisi hujan pada sirkuit yang dikenal sulit untuk melakukan overtaking. Pada debutnya di Formula 1, Senna menempati posisi ke sembilan klasmen akhir pembalap.

Pada musim berikutnya, Senna bergabung dengan tim Lotus Renault. Karirnya bersama Lotus Renault cukup baik. Pada musim balap tersebut, Senna berada di posisi ke empat klasmen akhir. Pada musim balap 1987, Senna naik ke posisi tiga klasmen akhir bersama tim Lotus Honda.

Tahun 1988, Senna bergabung dengan tim McLaren. Di McLaren, Senna menjadi teammate Alain Prost sebagai pebalap ke dua. Di tim inilah terjadi kompetisi sengit antara keduanya untuk menjadi juara dunia, bahkan tidak jarang berakhir dengan kontroversi. Pada musim balap 1988 sampai 1993 Prost dan Senna bergantian mendominasi arena F1.

Pada tahun 1994, Senna akhirnya hengkang ke tim Williams Renault. Di dua seri awal kejuaraan, Senna gagal finish kendati memulai balapan dari pole position. Pada 1 Mei 1994, ia ambil bagian pada seri balapnya yang ketiga yaitu GP San Marino. Di seri ketiga itu, Senna merasa kesal dengan dua kejadian yaitu pada sesi latihan hari jumat dimana seorang pebalap pendatang baru Rubens Barrichello terlibat kecelakaan serius dan pada hari sabtu seorang pebalap Austria yang bernama Roland Ratzenberger tewas pada lintasan tersebut. Kejadian tersebut membuat Senna jengkel dan mempertanyakan standar keamanan sirkuit. Akibat kecelakaan yang menimpa Ratzenberger, Senna mengambil tanggung jawab membentuk kelompok keselamatan pembalap Formula 1. Pada babak kualifikasi, Senna berhasil menjadi yang tercepat dan akan memulai balapan dari pole position.

Sebuah kecelakaan pada saat start balapan yang melibatkan dua pebalap menyebabkan bendera keluarnya safety car dikibarkan. Setelah balapan diulang kembali, kendaraan Senna memimpin meninggalkan lintasan. Namun, saat di tikungan Tamburello Senna tiba-tiba keluar lintasan dan menghantam sisi dinding beton. Telemetry mencatat Senna melaju pada kecepatan 193 mil per jam dan memperlambat lajunya menjadi 135 mil per jam saat menghantam dinding beton.  
Setelah mobil Senna berhenti, petugas medis bergegas menghampirinya. Professor Sidney Watkins, anggota delegasi keselamatan dan medis untuk F1 melaporkan kondisi Senna pada saat di TKP:
           
            “Ia terlihat damai. Saya membuka kelopak matanya dan terlihat jelas dari pupilnya ia mengalami cedera otak yang hebat. Kami mengangkatnya dari kokpit dan membaringkannya di tanah. Seperti yang kami lakukan, ia menghela nafas. Saya merasakan jiwanya terangkat saat itu.”

Informasi yang kurang mengenai penyebab kematiannya membawa kepada sebuah spekulasi. Fakta bahwa ban depan kanan dengan bagian suspensi yang mengaitnya kurang kencang saat terjadi benturan, membentur kepala Senna dan melubangi pelindung mata pada helm-nya, mengakibatkan trauma yang fatal. Gambar-gambar helm Senna yang hancur mengindikasikan terdapat semacam lubang diatas pelindung kaca helm-nya, sedikit di atas mata kanannya. Hal ini mengarahkan teori yang paling diterima saat ini yaitu salah satu batang suspensi kendaraannya terlepas dan membentur kepala Senna.

Otopsi memperlihatkan fakta bahwa kecelakaan tersebut mengakibatkan banyak fraktur pada tengkoraknya, menghancurkan dahinya dan terputusnya pembuluh darah arteri pada tengkoraknya dengan haemorrhage pada saluran pernafasannya.

Mungkin dualitas unik karakternya tergambar sangat nyata pada momen kematiannya. Saat para official lintasan memeriksa mobil balapnya yang hancur, mereka menemukan bendera Austria yang tergulung bersimbah darah. Bendera kemenangan yang hendak ia kibarkan sebagai penghormatan untuk Roland Ratzenberger, seorang pebalap Austria yang tewas di track yang sama sehari sebelumnya.

Semenjak kematian Ayrton Senna, FIA (federasi balap mobil internasional) bersikap lebih concern terhadap para pembalap F1. Terbukti, kematian Ayrton Senna adalah pebalap F1 terakhir yang tewas di lintasan  F1, setidaknya sampai  4 seri awal musim balap 2012. Balapan Formula 1 adalah ajang balap mobil paling elit di muka bumi ini. Penggunaam teknologi termutakhir, sumber daya manusia terbaik dan pendanaan yang tidak sedikit adalah sedikit contoh gambaran akan persaingan dalam balapan mobil super yang prestisius ini.



Sumber : buku the fastestmen on earth